Translate

Thursday, May 25, 2017

Stabilitas 6-Gingerol dan 6-Shogaol dalam Cairan Lambung dan Usus Buatan

Judul artikel jurnal yang kali ini coba di terjemahkan adalah
Stability of 6-Gingerol and 6-Shogaol in Simulated Gastric and Intestinal Fluids

Abstrak
Kinetika degradasi dari 6-Gingerol dan 6-Shogaol diteliti dalam cairan lambung buatan (pH1) dan cairan usus buatan (pH7.4) pada suhu 37 C. Produk hasil degradasi dihitung kadarnya dengan menggunakan HPLC (kolom Lichrospher 60 RP select B, 5 mikrometer, 125 mm x 4 mm; fase gerak: metanol-air-asam asetat (60:39:1 v/v); laju fasegerak: 0.6ml/menit; panjang gelombang: 280 nm). Di dalam cairan lambung buatan (SGF) 6-Gingerol dan 6-Shogaol mengikuti orde pertama dengan reaksi yang reversibel yaitu dehidrasi dan hidrasi membentuk 6-Shogaol dan 6-Gingerol. Degradasi dikatalisis dengan ion hidrogen dan mencapai kesetimbangan pada kurang lebih 200 jam. Di dalam cairan usus buatan (SIF) 6-Gingerol dan 6-Shogaol menunjukkan perubahan yang tidak signifikan antara satu dan yang lain.
Penambahan asam amino glisin, 3-asam amino propionat (beta-alanin) dan gama-amino butyric acid (GABA), dan amonium asetat dengan konsentrasi antara 0.05-0.5 mM tidak menunjukkan efek pada laju degradasi 6-Shogaol dalam SGF dan 0.1 M larutan HCl. Akan tetapi, pada penambahan amonium asetat dan glisin konsentrasi tinggi (0.5M), 6-Shogaol amonia dan glisin terdeteksi dalam jumlah yang signifikan.
Profil degradasi 6-Gingerol dan 6-Shogaol dalam kondisi fisiologis buatan yang dilaporkan pada penelitian ini akn memberikan pengetahuan mengenai stabilitas senyawa tersebut ketika diminum secara oral.
kata kunci: 6-Gingerol; 6-Shogaol; SGF; SIF; Stabilitas; degradasi reversibel

Material
6-Gingerol dan 6-Shogaol diperoleh dari sintesis di laboratorium peneliti dengan metode yang terdapat pada penelitian Denniff, dkk, 1981. Metanol yang digunakan merupakan grade HPLC. Pepsin, pankreatin, 3-asam aminopropionic (beta-alanin, glisin), gama-aminobutyric acid (GABA) dibeli dari Sigma-Aldrich (Australia). Amonium asetat yang digunkaan merupakan grade AR dan dibeli dari APS Chemicals (Australia). Senyawa lain dan pelarut yang digunakan merupakan grade analitik. Cairan lambung dan usus buatan dibuat pada hari yang sama ketika eksperimen dilakukan sesuai dengan spesifikasi United States Pharmacopoeia.

Metode
1. High-performance liquid chromatography (HPLC)
Pemisahan kromatografi dan analisis kuantitatif dilakukan pada Beckman System Gold high-performance liquid chromatography dengan kondisi yang telah disebutkan di artikel.
2. Studi kinetika 6-Gingerol dan 6-Shogaol dalam SGF dan SIF
Degradasi 6-Gingerol dan 6-Shogaol diuji dalam SGF dan SIF dengan kondisi yang telah disebutkan.  Ke dalam media untuk inkubasi baik SGF maupun SIF (19 ml) yang mengandung DMSO (0.7 ml) ditambahkan larutan (0.3 ml) 6-Gingerol atau 6-Shogaol dalam DMSO sehingga menghasilkan konsentrasi akhir senyawa sebesar 15 mikrogram/ml dan DMSO % (v/v). DMSO dibutuhkan untuk melarutkan senyawa. Campuran larutan tersebut kemudian di inkubasi pada mixer orbital thermstat (Ratek Instruments, Australia dengan suhu 37 C. Sampel (0.5 ml) diambil pada interval-interval waktu tertentu dan dianalisis dengan HPLC. Masing-masing kurva baku (6-Gingerol dan 6-Shogaol) dibuat dalam rentang konsentrasi 5-50 mikrogram/ml. Media yang mengandung 0.1 M HCl (pH 1) dan buffer fosfat (pH 7.4) digunakan sebagai kontrol.
3. Studi kinetika 6-Shogaol dalam media yang mengandung asam amino atau amonium asetat
Asam amino glisin, 3-asam aminopropionat (beta-alanin) dan gamma-asam aminobutyric (GABA), mewakili 3 tipe berbeda yaitu alfa, beta dan gamma asam amino, yang mana merupakan building blocks dari banyak protein dalam tubuh, dipilih untuk menguji reaktifitas shogaol untuk membentuk ikatan kovalen dengan asam amino-asam amino tersebut dalam kondisi fisiologis buatan seperti kondisi sebernya. konsentrasi asam amino dan amonium asetat dalam penelitian ini dipilih berdasarkan rata-rata konsentrasi normalnya didalam tubuh. Sebagai contoh, rata-rata konsentrasi glisin dalam subjek normal yang sehat adalah 240 mikroMolar, sedangkan konsentrasi amonia sekitar 90 mikroMolar. asam amino dan amonium asetat, masing-masing di inkubasi dengan 6-Shogaol (54 mikroMolar) dalam rentang konsentrasi dari 50-500 mikroMolar pada suhu 37 C dalam 0.1 M HCl dan GSF. Sampel (0.5 ml) diambil pada interval waktu tertentu dan dianalisa dengan HPLC seperti yang telah dijelaskan diatas
4. Data analisis
Data kinetika dicocokan dengan persamaan sigmoidal Boltzmann menggunakan perangkat lunak GraphPad Prism 4. Koefisien korelasi (r2) digunakan sebagai indikator kecocokan/kesesuaian data eksperimen dengan persamaan. Hasil dinyatakan sebagai rata-rata +- S.D. (n=3). Analysis of variance dari data dua grup atau lebih dilakukan dengan menggunakan ANOVA, dengan nilai probabilitas kurang dari 0.05 dianggap memiliki perbedaan yang signifikan secara statistik.


Kesimpulan
Penelitian ini menyajikan profil degradasi dari 6-Gingerol dan 6-Shogaol dalam kondisi fisiologis buatan. Pada kondisi yang telah disebutkan di artikel jurnal tersebut, kedua senyawa relatif stabil dalam 1 jam pertama. Akan tetapi, baik 6-Gingerol dan 6-Shogaol menunjukkan degradasi orde pertama yang mana 6-Gingerol mengalami dehidrasi menjadi 6-Shogaol dan 6-Shogaol mengalami hidrasi untuk membentuk 6-Gingerol sebagai produk utama degradasinya setelah diinkubasi cukup lama dalam kondisi asam.
Secara keseluruhan, penelitian ini mengungkap perjalanan dan mekanisme degradasi 6-Gingerol dan 6-Shogaol dalam kondisi fisiologis buatan, yang akan memberikan pengetahuan mengenai stabilitas kedua senyawa tersebut ketika digunakan secara oral. Definisi dari profil degradasi kedua senyawa tersebut dapat memberikan pengetahuan untuk dilakukannya pengembangan untuk meningkatkan efektifitas formulasi oral dari kedua senyawa tersebut.

Monday, May 22, 2017

Peningkatan Disolusi dari Lovastatin dengan Teknik Likuisolid serta Efek Carrier Material yang Digunakan

Dissolution Enhancement of Lovastatin by Liquisolid Compact Technique and Study of Effect of Carriers 

Artikel ini berisi mengenai penelitian Formulasi obat Lovastatin dengan menggunakan teknik likuisolid. Asakasak menuliskan terjemahannya secara singkat



Abstrak:
Lovastatin adalah obat yang mempunyai kelarutan rendah, termasuk BCS keas II dan tergolong sebagai anti-hiperlidemik yang memiliki bioavailibilitas yang rendah (<5%). Penelitian ini dirancang untuk meningkatkan laju disolusi dan bioavailibilitas dari Lovastatin dengan menggunakan teknik Likuisolid dan untuk menguji efek dari masing-masing carrier (yaitu PEG-4000, PEG-6000, HPMC E-15, starch atau amilum dan Microcrystaline selulosa). Aerosil digunakan sebagai Coating material. Propilen glikol dipilih menjadi pelarut pembawa dan Polyplasdone digunakan sebagai disintegran. Digunakan model matematika untuk menghitung jumlah rasio carrier dan coating material dalam formula. Sistem likuisolid yang telah diformulasikan kemudian diuji mikromeritik dan sifat-sifat fisik tabletnya dan hasilnya tablet yang dibuat berada pada rentang yangditerima. Interaksi antara obat-polimer diuji dengan FTIR dan DSC dan diketahui tidak terdapat kemungkinan interaksi antara obat dan bahan-bahan tambahan yang digunakan. Pada penelitian ini tablet likuisolid yang dibuat menggunakan starch sebagai carrier, menghasilkan profil disolusi yang lebih tinggi dibanding dengan tablet konvensional. sebagai kesimpulan, pengembangan tablet Likuisolid Lovastatin adalah salah satu cara yang baik untuk meningkatkan laju disolusi obat.
Keywords: Lovastatin, Bioavailibilitas, Carriers, Model matematika, Laju disolusi


Kesimpulan dari penelitian ini
Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat laju disolusi yang buruk pada formulasi konvensional. Peningkatan kelarutan dalam air, dalam kasus ini merupakan tujuan yang diincar untuk meningkatkan efekasi terapi. Oleh Karena itu, tablet Lovastatin yang diformulasikan dengan teknik Likuisolid menunjukkan peningkatan laju disolusi dan kelarutan.
Berdasarkan uji in-bitro pelepasan obat, formula LS-9 menunjukkan pelepasan obat yang lebih cepat dibandingkan dengan tablet konvensional. Disolution efficiency dari formula Likuisolid yang dioptimasi menunjukkan nilai yang 4.53 kali lebih besar dibanding dengan tablet konvensional. Kesimpulannya, teknik Likuisolid dapat menjadi alternatif yang menjanjikan untuk peingkatan disolusi dan kelarutan obat yang memiliki kelarutan dalam air rendah seperti Lovastatin sehingga memiliki pelepasan seperti tablet lepas cepat. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang lebih jauh terkait efikasi dari tablet Likuisolid dengan menggunakan studi farmakokinetik pada manusia.